Mudik dan Makan-makan: Sampah Makanan pada dikala Lebaran

Sebagai salah satu wujud perayaan hari kemenangan sesudah 30 hari berpuasa penuh, Umat Muslim di Indonesia melaksanakan perjalanan mudik yang sudah mendarah daging menjadi adat istiadat di setiap-setiap-setiap-setiap tahunnya. Mudik tidak dapat cuma dikatakan sebagai adat istiadat saja, karena kesibukan ini sudah terikat dengan faktor keagamaan, kebiasaan, dan faktor emosionil lainnya. Semisal pada masyarakat Minangkabau, terdapat adat istiadat “Pulang Basamo”. Budaya ini dilaksanakan secara bersama-sama oleh para perantau untuk kembali pulang ke nagari masing-masing di Sumatera Barat. Peristiwa pada dikala libur lebaran merupakan salah satu unsur dilakukannya adat istiadat ini.

Pada tahun ini, terjadi peningkatan slot gacor hari ini pergerakan manusia secara besar-besaran demi bersua dengan sanak saudara di kampung halaman. Hal ini dipicu oleh adanya perubahan secara masif dalam adat istiadat mudik imbas terjadinya Pandemi Covid-19. Terjadinya pandemi menyebabkan segala wujud mobilitas, bagus dalam flow barang ataupun orang, menjadi terhambat imbas diimplementasikannya kebijakan karantina kewilayahan secara ketat.

Berbincang-bincang mengenai hari kemenangan yang awam kita ucap dengan “Hari Raya Idul Fitri”, hari hal yang demikian merupakan puncak dari segala kesibukan ibadah yang dilaksanakan oleh umat Muslim selama bulan Ramadhon. Rangkaian kesibukan yang awam dilaksanakan kecuali mudik adalah ibadah Sholat Idul Fitri di mesjid dan zona terbuka, serta berkumpul dengan saudara di resto ataupun di rumah masing-masing. Sehingga, bukan hal asing lagi bagi kita sekiranya memperhatikan meja tetamu dan meja makan dipenuhi dengan deretan makanan ringan sampai berat untuk disantap bersama-sama dengan keluarga. Memahami hal hal yang demikian, kedatangan sanak saudara dari kota ke kampung—atau sebaliknya—sedikit banyak mendukung terjadinya peningkatan jumlah bahan makanan yang dimasak untuk diberikan tahu pada dikala Hari Raya sebagai salah satu wujud memeriahkan perayaan dan pemanjaan diri sesudah ‘berjuang’ membendung nafsu lapar dan dahaga selama sebulan. Jikalau tak terkontrol dengan bagus, perbuatan pemanjaan diri ini bisa berakibat fatal dan berelasi kepada peningkatan sampah makanan pada dikala Hari Raya Idul Fitri. Pasalnya, makanan dan minuman tak jarang disiapkan dalam jumlah ekstra untuk dihidangkan terhadap tetamu dan keluarga. Adanya perasaan “tak enak untuk menghabiskan” makanan, memperparah potensi meningkatnya jumlah sampah makanan selama perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Dalam mengantisipasi kekurangan bahan makanan, Pemerintah Timur Tengah konsentrasi berusaha untuk terus memasok makanan, lebih-lebih pada dikala Hari Raya, secara khusus untuk konsumsi lokal. Bahan-bahan yang disediakan berupa daging, unggas, sayuran, buah-buahan, susu, sereal, makanan kemasan, dan sebagainya. Terkhusus daging sapi, kambing, dan ayam, sebagai makanan yang paling banyak dibeli dan disantap selama perayaan Idul Fitri, terjadi peningkatan permintaan sampai menempuh 50% dibandingkan pada waktu normal.

Selama perayaan Idul Fitri bahkan, terjadi pembelian makanan dalam jumlah besar yang tak jarang mengarah terhadap tak efisiennya pemanfaatan semua makanan, sampai berujung ke daerah sampah tanpa sempat dikonsumsi lebih-lebih dulu. Meskipun peningkatan pembelian juga ditiru dengan konsumsi yang meningkat, bukan berarti konsumsi yang dilaksanakan sama dengan menghabiskan makanan. Karena, konsisten ada kemungkinan mengambil makanan dalam jumlah banyak tanpa dihabiskan.

Hasil penelitian Solid Waste and Public Cleansing Management Corporation (SWCorp) menunjukkan bahwa sekitar 15-20% sampah makanan meningkat selama musim perayaan, termasuk lebaran, dibandingkan hari awam di Malaysia. Untuk menghindari hal hal yang demikian, setidaknya terdapat empat metode slot888 dalam mengurangi potensi terjadinya peningkatan food waste selama perayaan lebaran, merupakan:

Masak secukupnya

Buat sangkaan jumlah tetamu yang akan datang dan siapkan bahan makanan dengan menyesuaikan sangkaan hal yang demikian. Jikalau masih berlebih, sumbangkan makanan yang belum tergoda terhadap tetamu yang datang, tetangga, ataupun ke pihak yang memerlukan.

Membagikan kuliner berlebih

Kecuali untuk diri sendiri pada perayaan hari raya, Sobat juga bisa berbagi kebahagiaan terhadap lingkungan sekitar dengan metode membagikan makanan terhadap tetangga, ataupun pihak yang memerlukan. Perbuatan ini terbilang cukup efisien untuk mengurangi potensi timbulnya food waste imbas makanan yang sudah disiapkan tak habis dan kemudian berujung terhadap terbuangnya makanan.

Menghindari pengambilan banyak makanan diatas piring

Masih banyak dari kita yang seringkali mengambil makanan di piring melebihi kapasitas diri untuk menghabiskannya. Hasilnya, tak segala makanan bisa dikonsumsi sehingga menjadikan sampah makanan.

Merubah sampah makanan menjadi kompos

Merubah sampah makanan menjadi kompos merupakan salah satu metode pas sasaran dalam memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang lebih berharga. Alih-alih seketika terbuang ke TPA, sampah makanan yang menjadi kompos ini bisa bermanfaat sebab mempunyai gizi bagi tanah di rumah. Tak cuma untuk diri sendiri, kompos ini bisa dibagikan terhadap yang lainnya loh Sobat!

Kecuali empat hal diatas, kita bisa mengikuti dua metode dibawah ini:

Mindful Eating

Sebagian dari kita masih merasa asing dikala mendengar ‘mindful eating’ yang terbukti sungguh-sungguh berkaitan dengan pengurangan potensi timbulnya sampah makanan. Mindful eating atau ‘makan secara sadar’ merupakan perbuatan yang memberikan minat penuh kepada makanan, dengan melibatkan indera perasa dan juga gerakan makan yang tak dilaksanakan secara terburu-buru. Minat dan gerakan pelan yang kita lakukan, bisa meningkatkan kesadaran kepada sinyal rasa kenyang yang dikirimkan ke otak, macam makanan yang dimakan, termasuk jumlah makanan yang akan diambil—apakah telah sesuai dengan keperluan gizi dan kalori atau belum. Sudah sadarnya kita dengan jumlah makanan yang akan dikonsumsi, akan berkontribusi secara linear dengan kelestarian alam. Tak cuma mengurangi pemborosan dalam pemakaian bahan pangan, tetapi juga kontribusi kepada pengurangan sampah makanan bisa tercapai, serta produksi gas metana ataupun zat karbon yang terlepas di udara bisa berkurang. Karenanya dari itu, penting sekali untuk menggunakan mindful eating, serta digunakan menjadi adat istiadat sehari-hari.

Mencontoh Program THR “Turahan Hari Raya” Sosial Surplus

Bagi Sobat yang mempunyai makanan slot demo wild west gold dan minuman pasca lebaran yang belum habis dan masih kebingungan untuk diapakan, Sobat bisa mendonasikannya terhadap Sosial Surplus melalui program kami yang bernama “Turahan Hari Raya (THR)” dengan sebagian ketetapan yang berlaku. Sobat bisa mengaksesnya disini).

Sobat Surplus dapat mengikuti pembicaraan mengenai topik ini bersama member Sosial Surplus lainnya, loh! Yuk, daftar disini!